Kelompok Antivaksin tak Hanya Ada di Indonesia

Belakangan muncul sejumlah grup yang menentang pemberian vaksin atau imunisasi di Indonesia. Mereka beralasan kekebalan tubuh bisa tumbuh dengan sendirinya tanpa harus mendapatkan imunisasi.

Ketua Pelaksana "The 3rd Asian Vaccine Conference" (ASVAC) Sri Rezeki S Hadinegoro tak memungkiri kenyataan tersebut. Lantaran itu pihaknya berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan, Majelis Ulama Indonesia, dan lembaga-lembaga lain untuk menyampaikan informasi betapa pentingnya imunisasi.

"Padahal, penyakit mengancam balita dan bisa berujung pada kematian. Padahal, ancaman itu dapat dicegah dengan imunisasi," ujar Sri Rezeki saat jumpa pers ASVAC di Hotel Grand Melia, Jakarta, Kamis (28/7).

Masalah itu tak hanya ada di Indonesia. Di Filipina, sejumlah kelompok menentang imunisasi. Kelompok itu menuding imunisasi sebagai upaya pengendalian populasi yang melanggar hak asasi manusia.

Biasanya penentangan itu terjadi saat ada bayi yang meninggal setelah mendapat imunisasi. Pemerintah Filipina dan lembaga yang berwenang menginvestigasi kejadian tersebut. Hasil investigasi wajib diinformasikan kepada masyarakat dan orang tua korban.

Begitu pula dengan Australia. Namun warga Australia sudah ada yang banyak memahami tentang pentingnya imunisasi sejak lama. Mereka berpikir pendahulu-pendahulu telah menyiapkan kesehatan yang baik bagi generasi masa sekarang. Sehingga generasi masa kini wajib memberikan perhatian dan perlindungan kesehatan kepada anak cucu di masa mendatang. Pemerintah Australia pun terus memberikan pemahaman tentang imunisasi.

Berbeda pula dengan Bangladesh. Meskipun Bangladesh sebagai negara berkembang, sekitar 99 persen masyarakat di sana telah memahami pentingnya imunisasi. Terlebih lagi mereka mulai merasakan sisi positif imunisasi terutama campak dan folio.

Namun ada pula yang enggan memberi imunisasi pada anaknya karena terbentur biaya. Sri Rezeki selaku Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tak memungkiri biaya kesehatan, termasuk vaksinasi, yang mahal. Namun, ujarnya, imunisasi dasar untuk bayi dan balita bisa diperoleh di Puskesmas dan Posyandu. Biasanya harganya relatif lebih murah bahkan gratis. Tapi kualitasnya tak kalah dengan imunisasi mahal.

Adapun imunisasi dasar yang sudah dikenal sejak tahun 1960-an itu yakni hepatitis B, polio, BCG, DPT, dan campak. Imunisasi itu sudah masuk dalam program pemerintah. Bagaimana dengan Anda? (metrotvnews.com)

0 komentar:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger | TokoPasutri