Awas !!! Tuberculosis Picu Kematian

Penyakit Tuberculosis, atau yang lebih dikenal dengan TBC, adalah termasuk penyakit berbahaya yang menempati urutan ketiga dunia setelah HIV-AIDS dan penyakit jantung.

Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang sangat mudah sekali dalam penularannya. Seperti halnya penyakit flu biasa, dalam penyebaranya, TBC juga melalui udara. Penyakit Tuberculosis sangat mematikan apabila tidak segera dilakukan penanganan.

Di Indonesia, penanganan sejak dini sudah dilakukan dengan memberikan paket imunisasi BCG pada balita. Namun demikian, belum sepenuhnya Indonesia 100% terbebas dari penyakit ini.

Mycobacterium Tuberculosis merupakan bakteri penyebab dari penyakit TBC, kuman ini berbentuk batang yang mengelompok atau disebut berkoloni. Kuman ini paling sering menyerang organ pernafasan atau paru-paru, meski masih bisa menyerang organ tubuh yang lain. Infeksi primer dapat terjadi pada individu yang belum memiliki kekebalan terhadap basil ini.

Seperti dilansir dari CNN, Penyakit Tuberculosis banyak terjadi di negara-negara sedang berkembang. Terdapat 9,2 juta kasus baru Tubercolosis (TB) yang terjadi di seluruh dunia pada 2006. Ada kenaikan 40% dari 1990, terutama karena ada pertambahan penduduk. Sedangkan di India, jumlah penderitanya cenderung lebih tinggi dibanding China, Afrika Selatan, dan Nigeria. Demikian halnya juga di Indonesia.

Peningkatan kasus TBC ini karena penyakit TB BTA positif, yakni penyakit TBC yang sangat menular. Penyakit TB tipe BTA+ ini mampu menulari 10-15 orang.

Penyebarannya

Gejala TBC yang paling sering ditemui adalah batuk berdahak terus menerus selama dua minggu atau lebih, sesak nafas dan nyeri di dada, dahak bercampur darah atau batuk darah. Badan lemah, nafsu maka berkurang, berat badan turun, kurang enak badan, lemah atau malaise, dan sering berkeringat di malam hari walaupun tidak ada kegiatan.

Biasanya, penderita TBC akan mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti batuk berdahak kronis selama tiga minggu yang kemudian ditandai gejala tambahan seperti demam, berkeringat tanpa sebab di malam hari. Semuanya itu dapat menurunkan produktivitas penderita bahkan kematian.

Gejala-gejala itu juga bisa dijumpai pada penyakit paru selain TBC. Oleh sebab itu orang yang datang dengan gejala di atas dianggap sebagai seorang ‘suspek tuberkulosis’ atau tersangka penderita TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Selain itu, semua kontak penderita TB Paru BTA positif dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.

Penyakit TBC ini merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB- Mycobacterium Tuberculosis. Sebagian besar kuman TBC menyerang paru-paru, juga dapat mengenai organ tubuh lainnya seperti otak, tulang, dan kelenjar. Orang bisa divonis mengidap TBC, bila dalam dahaknya ditemukan kuman TBC.

Menularnya TBC dapat melalui kontak fisik dengan pengidap, setelah kuman TBC masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman dapat menetap di paru dan berkembang biak. Keadaan yang paling memudahkan penularan TBC antara lain tinggal bersama pasien TBC menular dalam waktu lama.

Tertular TBC tidak berarti seseorang telah menderita TBC, sesudah beberapa lama bahkan bisa memakan waktu bertahun-tahun, bila keadaan memungkinkan, kuman akan berkembang biak dan akan menjadi positif TBC kalau daya tahan tubuh lemah. Kuman TBC tersebut juga dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya.

Biasanya, seorang penderita TBC dapat menularkan penyakit pada 15 orang di sekitarnya. Tapi, orang yang terinfeksi M. Tuberculosis tidak selalu menderita penyakit TBC. Dalam hal ini, imunitas tubuh sangat berperan untuk membatasi infeksi sehingga tidak bermanifestasi menjadi penyakit TBC.

Pencegahan dan Penanganan

TBC bisa diobati, asalkan benar-benar mempunyai keinginan dan semangat yang besar untuk sembuh. Dorongan dari keluarga dan orang disekitar Anda sangatlah diperlukan. Pemeriksaan yang intensif dan teliti serta disiplin minum obat yang diberikan dokter harus dilakukan penderita agar penyakit yang dideritanya segera sembuh. Pengobatan yang dilakukan dapat bertujuan untuk menyembuhkan, mencegah kematian, dan kekambuhan.

Adapun obat TBC yang utama adalah Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan yang sering digunakan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makroloid, dan Amoksilin dikombinasikan dengan Klavulanat.

Pengobatan ini dilakukan selama 12 bulan untuk keseluruhan. Faktor utama dari pada kesembuhan adalah perilaku dan lingkungan di mana si penderita itu tinggal, kedisiplinan dalam minum obat dan dan dukungan orang-orang di sekitar si penderita.

Dalam proses penyembuhan, si penderita harus minum obat sesuai petunjuk dan waktu yang telah ditentukan (6–12 bulan) berturut-turut tanpa putus serta mengkonsumsi makanan-makanan yang bergizi. Selain petugas kesehatan yang memantau dan mengawasi, keluarga juga di ajak turut serta dalam mengawasi dan memastikan si penderita TBC meminum obat yang telah diberikan.

Jika si penderita tidak disiplin dan teratur dalam meminum obat, dapat mengakibatkan kuman-kuman yang ada didalam tubuh akan menjadi kebal terhadap obat tersebut. Dan apabila si penderita berhenti minum obat sebelum waktunya, maka batuk yang sudah hilang akan timbul kembali dan kemungkinan kuman akan kebal dan TBC akan sulit untuk disembuhkan.

Dilakukannya pengobatan selama 6–9 bulan karena bakteri-bakteri tuberkulosis memiliki daya tahan yang sangat kuat hingga berbulan-bulan walaupun sudah terkena antibiotik.

Kombinasi beberapa obat sangat diperlukan karena untuk menghadapi kuman TBC yang berada dalam berbagai stadium dan fase pertumbuhan yang cepat. Walaupun gejala-gejala sudah hilang, namun pengobatan tidak boleh berhenti sampai batas waktu yang telah ditentukan.

Rentan dengan HIV/AIDS

Bagi penderita HIV/AIDS, memiliki peluang yang paling besar untuk terkena TBC. Sebab HIV adalah penyakit yang menyerang daya tahan tubuh. Ketika daya tahan tubuh lemah, maka kuman TBC yang sudah ada dalam tubuh dan tertidur selama ini, menjadi bangkit dan berkembang.

Selain itu, merokok juga memiliki pengaruh besar. Perokok lebih mudah terserang kuman tiga hingga empat kali dibandingkan yang bukan perokok. Di tubuh perokok, kuman TBC juga lebih mudah bangkit dan berkembang dua hingga tiga kali, dibandingkan dengan bukan perokok. Pada perokok, angka penyembuhannya juga berkurang. Karena itu, agar bisa sembuh maka perokok harus menghentikan kebiasaan merokoknya.

Gangguan kesehatan yang dapat timbul karena menurunnya daya tahan tubuh sebenarnya dapat diminimalisasi dengan penerapan prinsip-prinsip hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Kuncinya itu adalah selalu menerapkan hidup sehat.

0 komentar:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger | TokoPasutri