Agar Tak Gugur Sebelum Berkembang

Beberapa pekan lalu, Bekti bermimpi bertemu dengan putranya. "Dia masih gendut dan putih seperti semasa hidupnya," kata pegawai swasta di Jawa Tengah itu. Anaknya, yang belum genap dua tahun, itu meninggal beberapa bulan lalu.

Penyebabnya adalah radang selaput otak. Bekti tak menyangka bahwa demam yang mendera bocah itu berujung pada ajal. Bocah lucu itu meninggal sebelum mengalami proses tumbuh kembangnya. Karena minimnya pengetahuan soal penyakit ini, Bekti tak tahu bahwa penyakit itu ada tolak balanya, yang berupa imunisasi.

Angka kematian anak balita di Indonesia masih relatif tinggi. Berdasarkan laporan United Nations Children's Fund-The State of The World's Children, sepanjang 2008, tercatat 173 ribu anak balita meninggal atau 20 anak balita meninggal setiap jam.

Menurut Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr Badriul Hegar, jenis penyakit yang sering merenggut jiwa anak balita Indonesia dan negara berkembang umumnya masih berkutat pada masalah neonatal. "Di antaranya infeksi dan bayi lahir dengan berat badan rendah," kata dia di Bali pekan lalu.

Salah satu target Millennium Development Goals adalah menurunkan angka kematian anak balita. Pada 2008, angka kematian anak balita adalah 41 per 1.000 kelahiran. Target pada 2015 nanti, angka kematian anak balita susut di angka 32 per 1.000.

Hegar menyatakan, salah satu titik rawan kematian anak balita adalah di unit gawat darurat. Untuk meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dan mengantisipasi titik rawan itu, IDAI bekerja sama dengan Nutricia Indonesia Fund dan Dutch Pediatric Society mengadakan pelatihan peningkatan kualitas dokter anak "Advanced Pediatric Resuscitation Course (APRC)-Train the Trainer" di Bali.

Peserta pelatihan itu terdiri atas 12 dokter anak dari 8 rumah sakit. Ini pelatihan pertama di Indonesia. "Harapannya, mereka akan menularkan ilmunya kepada yang lain," kata Koordinator APRC Indonesia Dr Antonius Pujiadi dalam acara yang sama.

Antonius mengatakan penyakit yang biasanya datang di unit gawat darurat yang menyebabkan kematian di antaranya penyakit saluran pernapasan (pneumonia) atau pencernaan (diare). "Tapi di daerah lain jenis penyakitnya juga bervariasi. Ada juga demam berdarah atau malaria," kata dia.

Selain peningkatan kemampuan tenaga kesehatan, penyebaran informasi soal pentingnya imunisasi disebarkan. Penyakit yang menimpa putra Bekti sebenarnya juga bisa dicegah dengan menjalani imunisasi.

Pada kesempatan lain, dokter spesialis anak sekaligus Sekretaris Satuan Tugas Imunisasi IDAI, dr Soedjatmiko, mengatakan meningitis rentan bagi anak usia di bawah dua tahun, lahir dengan berat badan kurang, konsumsi air susu ibu sebentar, sering terpapar asap rokok, sering terserang infeksi saluran pernapasan, dan sistem kekebalan tubuh yang rendah. Bakteri pneumokokus menular melalui ludah atau saat batuk. Tapi penyakit ini bisa dicegah. Pencegahan terbaik dengan menjalani imunisasi.

Bukan hanya meningitis, tapi penyakit lainnya juga bisa ditangkal dengan imunisasi. Sesuai dengan yang dipaparkan Satgas Imunisasi dalam buku Panduan Imunisasi Anak, setidaknya ada 14 penyakit yang bisa dicegah dengan menjalani imunisasi. Sejumlah penyakit itu adalah meningitis, radang dan kanker hati, polio, tuberkulosis, difteri (penyakit saluran pernapasan dan amandel), batuk rejan (pertusis), tetanus, campak, influenza, gondongan, rubela (sejenis campak), demam tifoid (tifus), cacar air, serta hepatitis A. (sumber : tempointeraktif.com)

0 komentar:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger | TokoPasutri